Setibanya di Hongkong, setelah 1 jam perjalanan mengarungi perairan Macau dan Hongkong. Kita cukup dibuat takjub oleh keramaian dan ke hectic-an negara ini. Beda banget sama Macau yang lebih sepi, dan orang-orangnya ehm-agak sedikit suram. bukan suram yang gimana-gimana juga sih, tapi kayaknya di Hong Kong itu orang-orangnya lebih ceria dan punya kehidupan aja. Kontras banget dibanding Macau.
Destination #1 : Wang Fat Hostel, 47 Peterson St, Paterson Building 3F, Causeway Bay
Enaknya negara yang sistem transportasinya udah terintegrasi dengan baik ya begini, turun dari Turbo Jet, tinggal ikutin petunjuk letak MTR terdekat, yang stasiunnya ternyata masih satu building dengan Terminal Ferry Central. Udah deh, setelah transaksi Octopus Card dengan deposit awal 150 HKD, langsung cuss naik MTR tujuan Stasiun Causeway Bay yang cuma beda 2 stasiun dari stasiun Central, super efektif dan efisien!
Beruntung banget kita stay di hostel yang lokasinya dekat sekali dengan MTR. cukup berjalan 1 blok aja dari MTR Causeway Bay Exit E, sampailah di Peterson Building, apartment yang lantai bawahnya merangkap sebagai toko-toko berlabel branded macam Burberry, Gucci, dkk.
Di dalam apartemen ini, ada beberapa lantai yang dijadikan hostel, dengan lantai 2 sebagai lobby dan resepsionis si Hostel. Meskipun kita agak-agak nyesel juga setelah selesai booking hostel ini -namanya Wang Fat Hostel- karena menurut Trip Advisor, hostel ini gak recommended banget. Padahal menurut hostel world recommended lho. Makannya waktu sampe di TKP, kita juga gak ngarep yang bagus-bagus. Ehh, ternyata, memang bener kurang bersih kamarnya. Waktu itu gue, NJ, Dizty dan Tata dapet di lantai 3. Kalo sempitnya masih wajarlah, tapi kebersihanya itu lohhh! Waktu pertama buka kamar sih keliatan bersih2 aja, tapi waktu lagi nyari stop kontak -yang ternyata ada di samping kasur- dan musti geret kasur untuk nyolokkin sesuatu, nah disitulah keliatan banget joroknya. Di bawah kasur gitu banyak banget sampah.. Ewwhh! Dan lagi ada bau tidak sedap yang cukup menyengat di kamar kita, mau tau bau apa? bau baaabiii. Gak ngerti deh tuh bau berasal darimana, apa jangan-jangan ada pengharum ruangan aroma babi yah? Minusnya lagi, ini kamar cuman punya 1 stop kontak! beda banget sama kamar kita di Ole London Macau yang stop kontaknya ada 5. Emang salah kita juga sih gak ada yang bawa additional stop kontak gitu.
Kamar-nya si Irwan, Naira, dan Lingling di lantai 6 keliatannya emang lebih bagus ketimbang kamar kita, lebih rapih dan gak bau. Tapi, pintu kamar mandinya bolong aja loh. hahahaha!!
Memang adil nih yang puya hostel.
Destination #2 : Ladies Market – Mong Kok.
Malam pertama di HK rencananya, akan dihabiskan di The Peak, tapi karena Hongkong waktu itu lagi hujan dan menurut panduan di google, The Peak itu haram dikunjungi pas lagi hujan, karena view yang terlihat akan berkabut. Jadi, kita mengubah tujuan menjadi ke Mong Kok untuk jalan-jalan di ladies market dan sekitarnya.
Waktu keluar dari Stasiun MTR Mongkok Exit E2, terpana sekali dengan crowd-nya manusia-manusia Hongkong. Sebelum berbaur di keramaian, kita tuker-tukeran nomor handphone. Just in case, ada yang ilang-ilangan. Akhirnya memang kita berpencar sih, karena masing-masing punya kepentingan mau mampir ke toko apa dan untuk hemat waktu juga. Gue jalan berdua sama NJ. Dan yang lain tetap jalan serombongan.
Gw dan NJ menorobos masuk Ladies Market duluan, yang lain masih nyangkut di Nike. Ladies Market ini konsepnya seperti pasar kaget, terdiri dari lapak-lapak non permanen di sepanjang Tung Choi Street. Menurut gw, barang-barang yang dijual disini kurang menarik. Tadinya gw pikir barang-barangnya mirip barang-barang di ITC Ambassador atau Mangga Dua. Ternyata enggak, harganya juga gak semurah yang gw bayangkan (padahal udah ditawar sampe dijutekin mbak-mbaknya) Jadinya gw dan NJ memutuskan untuk gak berlama-lama mengarungi Ladies Market dan lebih milih keluar masuk butik-butik di sekitaran Mong Kok. Iseng-iseng masuk ke salah satu Apple authorised reseller dan nanya-nanya harga ipod touch dan ipad. Tak dinyana! harganya lebih murah ketimbang di negara kita. Itouch 4 di Indo 2,5 juta di HK 2 juta. Ipad 2 64 GB di Indo belom keluar, di HK cuma 6 jutaan. Tergiur dong guee…tapi karena gak mau gegabah, akhirnya ditahan dulu. Trus iseng lagi mampir di salah satu toko kamera yang jumlahnya segambreng di HK, nama toko-nya Broadway. Guess what harga Sony Cybershot Tx-10 impian gue sejak lama itu berapa?? 2800 HKD atau IDR 3,5 juta aja loohhh! Maknyaak!! Jelas aja gw meraung-raung kegirangan. Dilema antara mau langsung ambil atau enggak. Karena harga di Indo itu 4,5 juta. Selisih 1 juta. Bayangkan!! Ohhh Hong Kong memang surganya elektronik!
Gara-gara keasyikan masuk toko sana sini (walaupun gak belanja apa-apa), giliran mau balik ke MTR Mong Kok, bingung deh tuh ke arah mana, soalnya jalannya mirip-mirip banget. Tanya sana sini yang ada malah dijutekin atau dicuekin. Tega -tega banget nih emang manusia-manusia Hong Kong. Jalan udah terseok-seok, nyaris putus asa, eh tiba-tiba, “Mita!! Nana!!” ahaaa! ada panggilan dari surga! ternyata Tata di belakang kita manggil-manggil. Senangnya kita semua bisa berkumpul kembali :”)
Sepanjang perjalanan pulang ke hostel, gw masih kepikiran tuh sama Sony TX-10 yang murah meriah itu. Curhat sana-sini, semua orang menyarankan untuk beli. Aihh aihh…
Day3 – 15 Mei 2011
Destination #3 : Pixar Exhibition, Hongkong Heritage Museum
Hari kedua ini, dibagi jadi 2 team. Team 1 : Irwan, Dizty, Ling ling dengan tujuan Disneyland. Team 2 : Gw, Tata, NJ, Naira ke aneka macam tujuan. Gw sendiri gak ikutan ke Disneyland karena menurut cerita yang beredar, Disneyland HK sama Dufan aja masih oke-an Dufan. Sama USS Sg juga gak ada apa-apanya. Nah kalo gitu, skip! Team 1 & Team 2 janjian bertemu di meeting point Avenue of the Stars sore nanti.
First destinasi team gue adalah ke daerah Sha Tin, mau liat pacuan kuda dan mampir ke Pixar Exhibition. Rencana ke Pixar Exhibition ini memang gak ada dalam ittinerarry. Si Tata yang tiba-tiba mengusulkan karena memang timing-nya pas banget sama kunjungan kita ke HK dan disetujui oleh teman-teman yang lain. Kebetulan lokasi HK Heritage Museum, tempat dimana Pixar Exhibitian diadakan, gak jauh dari Sha Tin Racecourse. Pas banget, bisa setali tiga uang 😀
Untuk masuk ke Pixar Exhibition ditagihin iuran sebesar 2o HKD dengan student card. Isinya? lebih ke sketch-sketch rentetan film keluaran Pixar kayak Up, Toy Story, Finding Nemo, Cars, dll. Juga ada semacem teknologi 3D nya yang menipu mata, trus ada mini theatre juga. Sayang gak boleh bawa kamera ke dalam. Jadinya cuma foto-foto di luar aja.
Destination #4 : Sha Tin Race Course
Berbekal hasil wawancara dengan beberapa orang yang ditemui di museum, untuk menuju Sha Tin racecourse, kita diarahkan untuk naik bus. Ini kali pertama kita naik bus di HK, bus-nya bersih persis kayak di Sg. Dan seperti yang sudah di duga sebelumnya, kita nyasar. Bus yang kita naikkin gak ngelewatin persis depannya racecourse. Capek deh! Gw nanya si supir bus yang nampaknya gak bisa bahasa inggris (agaaain! OMG!) jadi dia gelagepan gitu pas ditanya. Tapi terus ada 1 penumpang baik hati yang ngasih tau kita kalau mau ke pacuan kuda kita harus turun saat itu juga dan lebih efektif naik taksi karena ongkos yang dihabiskan paling-paling hanya akan 25 HKD. Menurut lah kita dengan perkataan si bapak. Dan ternyata bener aja lho, efisien sekali, ongkos naik taksi-nya persis 25 HKD plus dengan selamat kita sampai di Sha Tin racecourse yang ternyata besar bangettt. GBK mah gak ada apa-apanya!
Destinasi kita yang ini emang agak lain dari destinasi orang-orang kebanyakan yang plesir ke HK. Alasannya sih karena pengen ngerasain yang kita belum pernah aja. Kabarnya di HK ini sepanjang tahun ada jadwal pacuan kuda sebgai ajang perjudian. Dan judi ini dilegalkan oleh pemerintah HK sendiri. Makannya, selain belum pernah nonton pacuan kuda, kita juga pengen nyobain judinya. Hehehe…tapi sayang, karena gak ngerti dan betting-nya juga mahal, ngerasain euphoria-nya sepertinya aja udah cukup.
Untuk masuk ke racecourse pada saat pertandingan ini, cuman bayar 10 HKD yang bisa di charged di Octopus Card. Dan ternyata memang di dalam ramai sekali. Orang-orang sibuk sendiri dengan taruhannya. Yang buat kita takjub, stadionnya megah banget. Fasilitasnya lengkap, foodcourt-nya sama kayak foodcourt mal, sama sekali bukan stadion kuda yang digarap ecek-ecek gitu. Inget banget keriuhan penonton waktu joki-joki dan kuda mereka berpacu di lapangan. Seruuu… 😀
Destination #5 : Hong Kong Museum of Art
Sekali lagi, terima kasih kepada sistem transportasi yang ter-sinergi dengan baik, Sha Tin raceccourse juga memiliki stasiun MTR sehingga tujuan kita berikutnya yaitu ke kawasan Tsim Tsa Tsui, dapat dicapai dengan mudah.
Museum of Art ini terletak di ujung Avenue of the Stars. Kebetulan hari itu adalah Art Day, jadi kita gratis mengunjungi museum ini. Ihiiy! Berhubung gw bukan museum-fan, jadi menurut gw, gak banyak yang menarik disini, tapi kebetulan lagi ada pameran printing apa gitu, maaf-lupa :p Jadi di dinding-dinding museum itu ditempelin sticker gambar ruang yang mirip banget kayak aslinya. Kalo gak ngerti, mungkin bisa diliat di foto-foto dibawah.
Destination #6 : Avenue of the Stars
Masih satu area dengan museum of art, sesorean kita berjalan menyusuri pavement pinggir pantai yang dikenal dengan nama Avenue of the Stars. Karena di sepanjang pavement ini terdapat jejak tangan artis-artis kenamaan Hongkong. Seperti misalnya, si tampan Andy Lau, Jacky Chan, Michelle Yeoh, dan lain lain yang samar-samar seperti pernah dengar namanya :p
Ternyata panjang juga lho avenue of the stars ini, ada kali 3 km. Sambil nunggu jam 8 malam, jam dimana Symphony of Light (light show gedung-gedung pencakar langit HK) mulai, kita mampir dulu di Starbucks yang letaknya zuper strategis ini. Lumayan buat manjain kaki sebentar sekalian nungguin Team 1 balik dari Disneyland. Anyway, Starbucks ini tempatnya asoy geboy banget deh, menghadap pantai, angin sepoi-sepoi, view-nya lampu-lapu gedung HK yang satu per-satu mulai menyala di sebrang laut sana, ahhh…entah kenapa rasanya kayak di Bali. *mana ada gedung di Bali*
Setelah dihubungi ternyata Team 1 gak bisa ikut menikmati Symphoni of Light bareng kita, karena mereka mau liat Firework di penutupan Disneyland yang hits itu jam 9 malam. Yasudah jadinya gw ber-4-4an haha hihi di Starbucks sampai jam 8 tiba.
I was so excited at that time, penasaran kayak apa sih Symphony of Light yang dipuja-puja banyak visitor HK ini. Akhirnya, setelah ditunggu-tunggu, tibalah waktunya..eng ing eng.. backsound yang mirip suara orkestra mulai terdengar, lampu-lampu disebrang sana menari-nari silih berganti… cukup lama. Mungkin sekitar 15 menit kali ya? Dan…menurut gw? bi-a-sa a-ja. Sorry to say nih ya, bahkan gw bisa bilang, meskipun ga ada backsound-nya, tapi lampu-lampu gedung Macau jauh lebih spektakuler dari ini. Apa karena waktu itu kebetulan sedang berkabut? entahlah. Tapi pendapat gw, meskipun sedang gak berkabut, hasilnya ya gak akan beda-beda amat.
Destination #7 : Lan Kwai Fong
Dengan sisa-sisa tenaga yang sudah hampir habis, kita sempet-sempetin mampir ke tempat gahul-nya HK. Toh letaknya di HK island, which is sepulau dengan hostel kita. Jadi kalo kemaleman, masih gak perlu was-was kemahalan naik taksi.
Lan Kwai Fong ini bisa dibilang seperti Kemang-nya HK. Termasuk kawasan red district dimana terdapat deretan cafe dan bar, salah satunya Hard Rock Cafe. Mungkin gak bisa dibilang Kemang juga sih, karena suasananya gak se-elit kemang. Lokasinya yang berada di jalan-jalan kecil dan gelap bikin kawasan ini jadi agak-agak tidak meyakinkan. Tapi toh kita ber-4 cewek semua aman-aman aja nongkrong di sana. Gak ada yang rese atau ber-alay behaviour gitu. Setelah scanning area, kita memutuskan untuk parkir di cafe-lupa-namanya, yang jelas letaknya persis disebrang Hard Rock.
Sebenarnya ada lagi tempat nongkrong di HK yang mungkin lebih selevel dengan Kemang, yaitu Soho. Sayangnya, kita gak sempat ke sini karena terkendala oleh waktu. Tapi gak papa, Lan Kwai Fong sudah cukup untuk mewakili, yang penting, pernah. 😀
Day 4 – 16 Mei 2011
Destination #8 : Ngong Ping 360, Lantau Island
Pagi ini niatnya mau diawali dengan jalan-jalan di Victoria Park yang letaknya cuma sejengkal dari hostel kita. Padahal udah tinggal nyebrang doang tuh untuk sampai ke Victoria Park, pas mau nyebrang itulah kita ketemu sama 2 TKW dan kita iseng nanya, tempat makan indo yang enak di sekitaran situ dimana. Mereka yang kebetulan mau jalan ke arah yang sama dengan letak si tempat makan indo ini, bersedia untuk jalan bareng untuk ngasih tau tempatnya. Gagal deh ke Victoria Park, karena kita langsung balik arah ngikutin 2 TKW ini ke tempat makan indo yang lumayan murah dan enak. Namanya, warung malang, terletak di lantai 2 gedung ruko kecil yang juga rukonya Bank BCA.
Ternyata rasa makanannya biasa aja, harganya sekitar 30-an HKD, dan pelayanannya payah! lama banget makanannya jadi. Malah makanan pesanan si Tata sempet terlupakan gitu sama mbak-mbaknya. Gimana bisa lupa coba? padahal tamunya cuma kita ber-4 dan 2 orang lain. Apa kabarnya kalo tuh warung rame ya? Alhasil, kita selesai makan jam 11 siang! Puh..
Lantau Island adalah sebuah pulau besar yang terletak di ujung Hong Kong, thanks again to the founder of MTR, yang memudahkan segalanya. Perjalanan dengan MTR ke Lantau Island memakan waktu sekitar 45 menit dari MTR Causeway Bay, turun di Stasiun Tung Chung.
Jalan kaki gak jauh dari MTR, melewati daerah yang mirip terminal (abis banyak bus parkir sih), eh tapi terminalnya bagus lho, gak horror kayak terminal-terminal di Jakarta gitu. Dari terminal udah keliatan jelas stasiun Cable Car untuk menuju Ngong Ping Village. Sebuah desa buatan ditengah perbukitan yang memiliki landmark Giant Buddha.
Agak bingung waktu liat paket-paket perjalanan ke Ngong Ping, ada yang bisa cuma beli tiket cable car bolak-balik doang, atau malah cuma tiket sekali jalan. trus ada juga paket wisata plus guide ke seluruh point menarik di Ngong Ping. Macem-macem deh pokoknya, dari yang paling hemat sampe paling mahal. Dan kita memilih paket seharga 230 HKD yang sudah termasuk Cable Car Crystal Cabin round trip, tiket masuk Monkey Tale Theater dan tiket masuk Walking with Buddha. Hehehe mahal ya?
Bedanya cable car biasa dengan yang crystal cabin, kalo crystal cabin bagian lantai cable car-nya transparan dari kaca gitu. Jadi bisa liat keadaan di bawah selama perjalanan ke Ngong Ping. Lumayan bikin merinding tapi patut dicoba, kapan lagi nyebrangin pulau 1 ke pulau lain dan bukit 1 ke bukit lain dengan ketinggian yang aduhai dan dengan lantai transparan! Sensasinya Rrrrrr Sprite banget! Waktu diatas anginnya kenceng gitu, liat bawah langsung laut atau hutan-hutan, bunyi anginnya yang bikin ngeri. Dan ada beberapa tempat waktu kita lewatin berkabut banget, sampe bener-bener gak keliatan jalanan yang akan kita tempuh tuh gimana. Berasa kayak lagi di atas awan.
Sampai di Ngong Ping Village, disambut dengan sederet restauran-restauran yang memanggil-manggil minta disinggahi. Kebetulan pas sama waktu makan siang, jadi kita beneran mampir dulu. Sebagian pilih makan di Subway, Gw dan beberapa yang lain pilih makan di restaurant Jepang. Pesan Mie apa gitu, sumpah enak! makanan terenak yang pernah gw makan di HK. Bumbunya berasa, porsinya besar, dan harganya gak mahal. Setelah perut kenyang, hujan pun turun. Haisssh, untung teman-teman gw yang well-prepared ini pada bawa payung, jadi kita tetap jalan menyusuri toko-toko souvenir tempat dimana Irwan sering nyangkut. Cowok satu ini memang gila belanja aneka souvenir.
Di deretan toko souvenir itu ada Monkey’s Tale Theater yang show-nya setiap jam sekali selama 15 menit. Monkey’s Tale ini adalah cerita 3 ekor monyet yang berusaha mengambil buah yang sedang di pegang oleh sebuah patung dewa monyet. Cerita yang (mungkin) cukup menghibur untuk anak-anak, tapi tidak untuk remaja-remaja ciamik seperti kita. Tapi inti cerita ini sih mengajarkan kebaikan.
Setelah melihat show Monkey’s Tale, kita langsung antri di wahana multimedia Walking with Buddha Kita akan dikasih benda semacam walkman dan headset. Suara di headset itulah yang akan menuntun kita untuk jalan mengikuti track yang sudah ditentukan, track-nya sesuai seperti di kehidupan Buddha. Jadi kita akan dibuat seakan-akan ikut hidup bersama Buddha dulu untuk mengetahui sejarah kehidupan Buddha. Dan diujung track kita disuruh ambil daun yang sudah tertulis wisdom lalu kemudian daun itu dimasukkan ke bawah patung Buddha. Bagi yang berkeyakinan terhadap Buddha, bisa sambil berdoa disini. Menarik 🙂
Anyway, inilah jawaban bagi yang bertanya-tanya kenapa tempat ini dinamakan Ngong Ping 360? Karena untuk mencapai patung Buddha raksasa di Ngong Ping itu butuh perjuangan menaiki 360 anak tangga terlebih dahulu. Menyiksa, tapi akan terbayar kok setelah sampai di puncaknya. *sotoy* padahal gw sendiri gak naik sampe puncak. hehe.. Cuma menikmati si patung Buddha raksasa ini dari bawah. Gara-gara si NJ yang pemalas gak mau naik ke atas. Cih! nyesel gw ngikutin dia.
Mungkin karena letak Ngong Ping Village ini di perbukitan yang tinggi dan lagi ditambah hujan yang dengan lempeng-nya turun terus, bikin desa ini dikelilingi kabut super tebal. Jarak pandang gw waktu itu cuma sekitar 20 meter dan suhunya dingin sekali. 🙁
Destination #9 : The Peak Tram – Madam Tussaud – Sky Terrace
Diperlukan untuk merogoh kocek sebesar 200 HKD untuk membeli paket combo The Peak Tram round trip, masuk Madam Tussaud, dan liat view Hongkong dari ketinggian 428 meter di Sky Terrace. Harga yang cukup menggorok kantong kalau dilihat dari ke-worth-it-annya.
Katanya, kalo ke HK itu belom afdol kalo belom ke The Peak. Of course mendengar kalimat ini gw berekspektasi tinggi tentang The Peak. Cerita-cerita tentang tram-nya yang menggugah karena berjalan dengan kemiringan mencapai 27 derajat. Well, in my humble opinion, perasaan menaiki tram miring itu biasa saja tuh, dan view The Peak dari Sky Terrace menurut gue biasa banget. Astaga! kenapa orang-orang bisa terkesima gitu ya? Gak jauh beda ah sama view Jakarta dari Semanggi rooftop. Bedaa di HK ada view sungainya doang. Malah gue bilang view citylight-nya Singapur dari Marina Bay Sky Park lebih bagus. Again, sorry to say lho ya…
Kalau Madam Tussaud-nya mendingan deh. Walaupun di stage awal artis Hong Kong semua yang gak kita kenal, kecuali Jacky Chan tentunya. Tapi di stage-stage berikutnya banyak juga artis-artis legendaris dunia. Karena gw belom pernah mengunjungi Madam Tussaud di tempat-tempat lain jadi gak bisa nilai Madam Tussaud-nya HK lebih oke atau enggak.
Destination #10 : Jumbo Dragon Restaurant
Berhubung ini adalah malam terakhir kita di Hong Kong, kita semua setuju untuk makan malam di tempat yang lebih bonafit. Selama 3 hari ini, kita makan seada-adanya, gak jauh dari junk food atau makanan-makanan hambar lainnya. Dan thanks to NJ, berkat teri dan abon yang dia bawa dari tanah air, isi perut kita terselamatkan selama di HK.
Setelah dari The Peak, meluncurlah kita ber-7 menuju Abardeen Harbour, tempat bersemayamnya dermaga khusus untuk menyebrang ke restoran kapal Jumbo Dragon. Rombongan dibagi 2 taksi. Gw, Tata, Dizty, dan Nj 1 taksi. Ling-ling, Irwan, Naira 1 taksi. Si Ling-Ling yang jago bahasa mandarin turun tangan, dia yang mewakili geng taksi gw untuk bilang ke driver taksi gw bahwa tujuan kita adalah Abardeen Harbour. Si driver pun mengulang perkataan Ling-ling dengan lafal kurang lebih terdengar : “Abadinaba? Abadinaba?” berulang-ulang. Gw dan yang lain waktu itu disetel untuk gak ngomong dengan bahasa apapun (biar gak ketauan kalo turis) cuman cengo denger driver-nya ngomong ‘Abadinaba’ yang akhirnya kita sadari bahwa maksud dia memang Abardeen Harbour. oh, what an accent!
Kejanggalan mulai terasa waktu kita diturunin di Abardeen Harbour, tempatnya sepi, gelap, sama sekali tak tampak kehidupan. Restoran Jumbonya? gak keliatan! Dan lagi, taksi yang satunya tak kunjung tiba. Krikk kriik kriik…Coba nanya ke orang yang kebetulan ada disana. Orang itu bilang, kita salah turun, dan kita harus jalan kaki menyusuri sungai untuk ke dermaga yang benar. Kaki pegel mampus. Gerimis pula. Rasanya mau nangis ngarep makan enak malah disuruh jalan jauh begitu (sekitar 2-3 km). Begitu sampai di dermaga yang di maksud, ada secercah semangat karena dermaga itu ada tulisan Jumbo di gerbangnya dan ada foto-foto restoran Jumbo Dragon mengapung dengan mewahnya. Persis di samping dermaga itu ada kapal bernahkoda. Buru-buru kita tanya nahkoda beserta 1 awak kapalnya, apa itu benar kapal untuk membawa penumpang yang mau makan di Jumbo Dragon Restaurant. Dan, dia gak tau aja loh! Padahal jelas di dermaga itu ada fotonya. Tapi mereka gak tau! How come ya?? atau mungkin lebih tepatnya mereka gak ngerti apa yang kita maksud karena gak ngerti bahasa inggris??
Anehnya, setelah menghubungi Irwan dkk, mereka juga sedang berada di dermaga Jumbo. Tapi bukan dermaga yang sama seperti tempat kita berada. Padahal kita udah nanya 3 orang sepanjang perjalanan menyusuri sungai tadi, mereka semua bilang, kalau ke Jumbo Restaurant itu ya satu-satunya dermaga cuman tempat kita itu. Terus Irwan dkk di dermaga apa coba? Dan si Irwan bilang, dermaga tempat mereka itu ada kapal yang available untuk langsung angkut mereka ke Jumbo Dragon.
Asli, perut laper emang bikin cepat naik darah. Gw, Tata, NJ, sama Dizty udah patah arang. Kita memutuskan untuk balik aja ke hostel naik bus. Byebye Jumbo Dragon Ball or whatever your name is. *kesel*
Dan, Irwan dkk pun ikutan gak jadi makan di Jumbo Dragon. Dia bilang, ini malam terakhir jadi kita harus makan sama-sama. Sweet, eh? Akhirnya kita memutuskan untuk janjian ketemu di hostel baru habis itu dipikirin lagi mau makan dimana. Dan, sejam kemudian, sekitar jam setengah 1, berjumpalah kita semua di hostel dan menentukan kalau kita akan makan malam di restoran yang cukup recommended berdasarkan Lonely Planet dan lokasinya masih disekitaran Causeway Bay. Clue lokasi restoran tersebut yaitu dari MTR Station Causeway Bay kita harus keluar di Exit A. Nah sedangkan, hostel kita itu di Exit E. Jadi dengan otak yang brilian, kita memilih untuk masuk ke statsiun MTR, dan cari pintu Exit A. Ternyata jalan keluar ke Exit A itu jauhnya minta ampun, teman-teman! Pait-nya lagi masuk stasiun dengan tujuan cuma numpang lewat diharuskan nge-tapped Octopus Card yang ternyata dikenakan charge 2 koma sekian dollar. Dan gak cuma sampai disitu, sekeluarnya kita dari Exit A, kita coba tanya nama jalan yang di maksud ke orang-orang. You know what? orang-orang sana gak tau aja gitu tuh jalan letaknya dimana. Malah ngasih tunjuk jalan yang salah, dan kita barus sadar belakangan pas liat marka nama jalan yang lagi kita lewatin itu berlawanan dengan jalan yang seharusnya kita cari. Sumpah ya perasaan gue waktu itu enggak banget, kaki pegel banget, perut laper banget, dan capek hati banget. Finally. kita ada di perempatan jalan dimana ada sign McD, Burger King, dan Pizza Hut. soo, we decided to say hello to Burger King HK!!! Hahaha, capcai ya bok!!
Day 4 – 17 Mei 2011
Destination #11 : Mongkok
So this is our last day! Irwan dan Ling-ling beranjak dari Hong Kong sejak pagi dan mereka akan stay di KL untuk keperluan kantor. Sedangkan gue, NJ, Tata, Dizty dan Naira masih akan stay di HK hingga sore lalu kembali ke Macau dan akan langsung terbang meninggalkan Macau jam 9 malam.
Tadinya rencana kita di hari terakhir ini adalah outlying islands. Tapi berhubung tenaga sudah habis dan hasrat berbelanja belum benar-benar terpenuhi. Jadi ittinerarry kita di hari terakhir ini dirubah total. Gw dan NJ kembali menjamah Mongkok untuk membeli, ehem, kamera impian gue. Tata, Dizty dan Naira akan ke Uniqlo di sekitaran HK island.
So, finally I bought Sony TX-10 in HK dengan harga super worth it. Dan gak cuma itu, keluar dari toko kamera, kita mampir di Apple authorised reseller karena NJ gatel juga pengen beli ITouch. Oke, pada akhirnya gak cuman NJ yang beli, tapi gue juga. Hahaha. kalap abis. Jadi, kita beli 2 ipod touch sekaligus waktu itu. Oh, i love Hongkong so much! *in gadget case*
Nah, karena kemarin waktu jalan-jalan di ladies market liat banyak banget lapak yang jual casing iphone atau itouch lucu-lucu, jadi setelah beli itouch kita bertekad untuk langsung beli bajunya (baca: casing itouch). Pas banget nemu yang lucu, dan harganya juga murah cuma IDR 25.000. Gue coba dong tuh casing di ipod baru gw, eh tau-tau si penjualnya teriak-teriak ga santai “pay first! pay first!!!!” padahal cuman nyoba doang gitu loh, gak gue bawa lari! yaelah! galak bener. Gue jadi agak emosional denger si penjual teriak teriak gitu, trus gw dengan sok santai (padahal aslinya deg-degan) bilang : “hey, i’ll pay! but you dont have to yell at me like that, okay?!!” trus mukanya tuh penjual jadi gak enak gitu. hahaha!
Jam 3 sore, balik ke hostel untuk ambil koper dan ketemuan sama Tata, Naira, dan Dizty. Baru deh cabcus ke Macau lagi, kali ini naik Ferry yang langsung mengarah ke dermaga ferry Taipa. Which is bersebelahan langsung dengan bandara. Harga Ferry-nya juga gak jauh beda sama Turbo Jet. Malah sedikit lebih murah.
Destination #12 : Taipa Ferry Terminal – Macau Int’l Airport
Lucunya, waktu keluar dari Taipa ferry terminal, tau-tau ada mbak-mbak tomboy muka jawa datengin kita dan nanya NJ “mbak, SD-nya dimana??” Jelas gue dan yang lain melongo, siapa nih orang dateng-dateng tau-tau nanya SD-nya NJ dimana. Ternyata, si mbak-mbak ini salah orang. Dia sebenernya lagi janjian sama orang yang bawain visa-nya. Mungkin “SD-nya dimana” itu semacam password kali ya. Visanya udah habis dari 3 bulan yang lalu, dan dia kerja PRT di HK, karena visa-nya habis, sambil nunggu yang baru, di ngumpet deh di Macau. Kasian gak sih? Tapi nih mbak-mbak baik juga lho, bantuin kita nanya jalan ke bandara, dan stop-in taksi. Semoga amal baiknya dibalas oleh majikannya di HK. amin. 🙂
Berhubung pesawat kita masih dijadwalkan take off jam 9 malam, jadi sesorean penuh dihabiskan di bandara, gak ngapa-ngapain, duduk-duduk, istirahatin kaki. Tadinya mau disempet-sempetin ke Venetian lagi, mau beli eggtart dan nyobain gondolanya. Tapi dipikir-pikir beresiko juga kalo pake acara terlambat check in.
Sekitar 3 jam kita duduk-duduk di ruang tunggu, Naira bahkan sempet digodain juga sama cowok negro. Dimintain no telp gitu, tapi si Naira dengan (sok) lugunya bilang : “i’m sorry, my parents doesnt allow me to give my phone number to the stranger” Ahahaha! what a word! nice, naira! niceeee.
Jam setengah 9-an. Disela obrolan kita, tiba-tiba Tata nanya, kok udah jam segini belum ada panggilan juga ya? emang pesawatnya telat? Trus iseng liat di papan boarding, ternyata pesawat kita statusnya udah ready. Kita langsung buru-buru boarding, dan sesampainya di pesawat, penumpang-penumpangnya udah pada duduk rapih aja loh! Sumpah deh tuh, passenger callingnya gak sama sekali gak kedengeran. Untung Tata nanya, kalau enggak, Gak lucu abis ketinggalan pesawat padahal udah nunggu berjam-jam di ruang tunggu. Hadeh!
Destination #13 : LCCT!
Jam 1-an malam waktu Malaysia kita sampai dengan selamat di KL. Penerbangan berjalan mulus tanpa ada turbulensi-turbulensi tak berarti. Dan, karena pesawat kita ke Jakarta jam 6 pagi, lagi-lagi kita harus stay di bandara, tepatnya di Coffee Bean. Bedanya, kali ini ber-4. Gue, NJ, Tata, Dizty. Dan luckily, kita dapet sofa! yeay! Si Naira mau stay di KL 1 hari jadi dia naik bis menuju city nyusul Irwan dan Ling-ling ke Ritz Carlton. Nyenyak juga lho tidur di sofa Coffee Bean LCCT. Gue beberapa kali kebangun karena takut kebablasan aja, bukan karena tidurnya gak enak. Jam 4 pagi, dengan muka sofa (bukan muka bantal) kita bergegas check in dan kembali ke tanah air 😀
Yang menyenangkan adalah, budget yang dihabiskan untuk Trip Macau – HK ini cuma 3,9 juta saja. Udah plus belanja baju dan mengunjungi must-visit-place di kedua negara tersebut. Eh tapi di luar tiket pesawat yaa 🙂
Best Capture of the Trip